Sabtu, 03 November 2012

Kuil Api, Tempat Pengumpulan Mayat Agama Zoroaster



[imagetag]

Zoroastrianisme adalah sebuah agama dan ajaranfilosofi yang didasari oleh ajaran Zarathustra yang dalam bahasa Yunani disebutZoroaster. Zoroastrianisme dahulu kala adalah sebuah agama yang berasal daridaerah Persia Kuno atau kini dikenal dengan Iran. Di Iran, Zoroastrianismedikenal dengan sebutan Mazdayasna yaitu kepercayaan yang menyembah kepada AhuraMazda atau "Tuhan yang bijaksana". begitu cuplikan wikipedia

Saya yakin anda akan terperangah jika barupertama kali melihat foto-foto ini, ratusan mayat di biarkan membusuk di dalamsebuah bangunan berbentuk lingkaran dan di biarkan di makan oleh burung pemakanbangkai. Dalam pemikiran anda sahabat DD mungkin akan muncul sebuah pertanyaandisisi dunia mana terdapat kengerian seperti itu? Betulkah itu semua adalahperilaku manusia?. Bagi kita ini adalah sebuah kejahatan yang luar biasaterhadap jasad-jasad manusia, namun ternyata ada agama yang menganggap iniadalah sebuah pemulyaan terhadap manusia yang sudah meninggal. Demikianlahkeyakinan agama Zoroaster yang menganggap api adalah Tuhan mereka.

[imagetag]

Memang begitulah, dengan kacamata budaya danagama yang berbeda sering kita temukan hal-hal yang kontradiktif terhadap apayang kita yakini. Kadang suatu hal di anggap mulia namun menurut kita justruhal tersebut adalah gila..!!!

[imagetag]

Tempat pemulyaan mayat tersebut dinamakan "TheTower Of Silence" atau juga di sebut sebagai "Kuil Api". Agama Zoroastermeyakini bahwa tubuh manusia adalah tidak suci sehingga menurut mereka jasadmanusia tidak boleh mengotori bumi dan api, atas dasar alasan tersebut jasadmanusia tidak boleh di kubur atau di kremasi. Oleh sebab itu sahabat DD orangyang telah meninggal jenazahnya akan di bawa ke kuil Towers of Silence agar dimakan oleh burung pemakan bangkai, burung Nasar. Setelah daging telah dimakanhabis oleh burung Nasar dan tinggal tersisa tulang maka tulang tersebut akan dibuang ke tengah bangunan.

Sumber

#db4ef9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar