Semangat Budiono, Bonek yang tengah berada di Swiss, untuk menggugat nasib sepakbola Indonesia kepada FIFA mendapat pujian. Namun, aksi itu juga dinilai sia-sia.
Budiono memberikan petisi soal sepakbola Indonesia langsung ke kantor FIFA di Zurich. Selain menjelaskan kondisi sepakbola Indonesia di bawah kepemimpinan Nurdin Halid, ada lima pertanyaan yang menggugat kepedulian FIFA terhadap sepakbola Indonesia.
Budiono menjelaskan, ide untuk memberikan surat itu berasal dari seorang kawan sesama warga negara Indonesia yang takut datang ke kantor FIFA. "Akhirnya dia kontak saya untuk bergabung. Dia tahu aku sudah pernah mendatangi kantor FIFA," katanya, Sabtu (26/2/2011).
Maka, Jumat pagi (25/2/2011), mereka berkumpul. Di bawah suasana mendung dan berkabut, pukul sebelas sudah sampai kantor FIFA. "Kami sengaja datang pagi untuk mengejar waktu, karena jam kantor Sepp Blatter (Presiden FIFA) sampai jam satu siang," kata Budiono.
Budiono menyatakan tidak berunjukrasa, namun hanya memberikan petisi. "Susah nembus pintu utama, ketemu langsung sama Sepp Blatter. Padahal beliau ada di tempat. Kemarin yang menemui hanya sekretaris," katanya.
Sebelum pulang, Budiono bertemu dengan jurnalis asing yang berada di kantor FIFA. "Dia mengatakan, aksi anda sia-sia. Soalnya bukan Indonesia saja yang mempunyai kasus itu, tapi negara lain juga punya kasus yang sama, misalnya Brasil. Tapi saya salut atas perjuangan anda (puji jurnalis itu)," katanya.
Dalam petisi itu, Budiono melancarkan lima pertanyaaan bernada menggugat. Pertama, apakah FIFA tahu tentang kondisi menyelewengkan bunyi statuta ini. Kedua, apa langkah yang akan diambil FIFA terkait hal ini akan menyelidikinya.
Ketiga, benarkah FIFA pernah menegur PSSI pada 2007 itu, terkait aturan mantan narapidana. Keempat, jika pemerintah mengintervensi Kongres PSSI,bagaimana tanggapan FIFA. Terakhir, jika pelaku sepakbola Indonesia membuat asosiasi sepakbola baru karena banyaknya pelangaran oleh PSSI, apa yang akan dilakukan FIFA
Budiono memberikan petisi soal sepakbola Indonesia langsung ke kantor FIFA di Zurich. Selain menjelaskan kondisi sepakbola Indonesia di bawah kepemimpinan Nurdin Halid, ada lima pertanyaan yang menggugat kepedulian FIFA terhadap sepakbola Indonesia.
Budiono menjelaskan, ide untuk memberikan surat itu berasal dari seorang kawan sesama warga negara Indonesia yang takut datang ke kantor FIFA. "Akhirnya dia kontak saya untuk bergabung. Dia tahu aku sudah pernah mendatangi kantor FIFA," katanya, Sabtu (26/2/2011).
Maka, Jumat pagi (25/2/2011), mereka berkumpul. Di bawah suasana mendung dan berkabut, pukul sebelas sudah sampai kantor FIFA. "Kami sengaja datang pagi untuk mengejar waktu, karena jam kantor Sepp Blatter (Presiden FIFA) sampai jam satu siang," kata Budiono.
Budiono menyatakan tidak berunjukrasa, namun hanya memberikan petisi. "Susah nembus pintu utama, ketemu langsung sama Sepp Blatter. Padahal beliau ada di tempat. Kemarin yang menemui hanya sekretaris," katanya.
Sebelum pulang, Budiono bertemu dengan jurnalis asing yang berada di kantor FIFA. "Dia mengatakan, aksi anda sia-sia. Soalnya bukan Indonesia saja yang mempunyai kasus itu, tapi negara lain juga punya kasus yang sama, misalnya Brasil. Tapi saya salut atas perjuangan anda (puji jurnalis itu)," katanya.
Dalam petisi itu, Budiono melancarkan lima pertanyaaan bernada menggugat. Pertama, apakah FIFA tahu tentang kondisi menyelewengkan bunyi statuta ini. Kedua, apa langkah yang akan diambil FIFA terkait hal ini akan menyelidikinya.
Ketiga, benarkah FIFA pernah menegur PSSI pada 2007 itu, terkait aturan mantan narapidana. Keempat, jika pemerintah mengintervensi Kongres PSSI,bagaimana tanggapan FIFA. Terakhir, jika pelaku sepakbola Indonesia membuat asosiasi sepakbola baru karena banyaknya pelangaran oleh PSSI, apa yang akan dilakukan FIFA